Mengawali hari kedua BSI International Expo 2025 di Byond Stage, rangkaian acara pagi ini dimulai dengan acara International Halal Certification Seminar yang mengangkat topik penting seputar dinamika perlindungan perdagangan dan kebijakan sertifikasi halal Indonesia.
Dengan tema Trade Protectionism and Indonesia Halal Certification Policy: Indonesia Responses, seminar ini menghadirkan pembicara dari kalangan regulator, pelaku industri, dan lembaga sertifikasi halal internasional. Hadir sebagai nara sumber Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Ahmad Haikal Hasan, Acting Chief Economist Samudera Indonesia & Lecturer, Faculty of Economics and Business, University of Indonesia, Ebi Junaidi, Ph.D. QA Manager PT Foodex Inti Ingredients Devi Hariyanti, Founder of Luminihsan International Business Strategist, Guzelya Marisova dan Pejabat Eksekutif BSI Kemas Erwan Husainy.
Dalam diskusi tersebut para narasumber menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi kebijakan proteksionisme dari negara-negara mitra dagang yang menetapkan standar halal secara sepihak dan menekankan pentingnya menguatkan penerapan sertifikasi halal untuk dalam negeri sebelum bergerak ke pentas internasional.
Selain itu, seminar juga menekankan pentingnya harmonisasi standar halal global serta strategi diplomasi dagang yang proaktif untuk melindungi pelaku industri halal Indonesia di pasar ekspor.
Pemerintah Indonesia, melalui BPJH dan kemitraan strategis dengan kementerian lain seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Ekonomi Kreatif, BPOM, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama, dan sejumlah lembaga lainnya dinilai perlu memperkuat kolaborasi dengan badan sertifikasi internasional demi menciptakan pengakuan timbal balik yang adil dan setara.
Setelah sesi seminar International Halal Certification pengunjung Expo diajak untuk menyaksikan peluncuran dan penandatanganan program BSI Endowment Fund. Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho dalam kata pengantar peluncuran mengatakan berupaya menyatukan ekosistem Islam dalam satu wadah yang aman dan potensial bagi seluruh masyarakat.
“BSI memberikan tiga solusi melalui pendekatan finansial, sosial dan spiritual. Ini membedakan Bank Syariah dengan bank konvensional terutama dari sisi pendekatan sosial dan spiritualnya,” kata Ade. BSI berupaya meningkatkan dana sosial untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia melalui kerja sama dengan seluruh masjid di Indonesia sebagai mitra utama.
Dalam kesempatan peluncuran BSI Endowment Fund juga dilakukan penandatangan nota kesepahaman antara BSI dan dengan Yayasan Amanah Masjid Raya Bintaro Jaya yang dilakukan oleh Regional CEO V, Deden Durachman dan Ketua Yayasan Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ) Prastowo Ma'ruf Wibowo dilanjutkan dengan penandatanganan dokumen PKS Kerja Sama antara Ketua Yayasan Amanah Utama Tazkia, Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf dan Ketua Yayasan Darussalam Kota Wisata, Ir. Nofil Anoverta.
Selain itu dilakukan juga penandatanganan Pernyataan Dukungan Program antara BSI yang dilakukan oleh Ade Cahyo Nugroho, Ahmad Mukhlis Yusuf, dan Pembina Yayasan Darussalam Kota Wisata Hengki Haryadi.
Endowment fund adalah dana abadi atau dana wakaf produktif jangka panjang yang disimpan dan dikelola secara khusus oleh lembaga (seperti yayasan, universitas, atau lembaga keuangan syariah) dengan tujuan menghasilkan pendapatan berkelanjutan.
Program BSI Endowment Fund ini memperkenalkan dua seri produk BSI Deposito Wakaf, yakni seri Yayasan Darusalam Kota Wisata dan seri Yayasan Tazkia. Inisiatif ini menjadi langkah konkret Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam memperkuat peran wakaf produktif sebagai solusi pembiayaan berkelanjutan bagi sektor pendidikan, sosial, dan keagamaan.
BSI Deposito Wakaf merupakan instrumen wakaf uang dengan skema yang aman dan menguntungkan, baik secara spiritual maupun finansial. Kehadiran dua seri terbaru ini menandai sinergi antara lembaga keuangan syariah dan yayasan keagamaan yang memiliki visi besar dalam membangun peradaban berbasis nilai-nilai Islam. Dengan skema endowment fund yang terstruktur, diharapkan program ini dapat memperkuat fondasi ekonomi umat sekaligus menciptakan ekosistem filantropi Islam yang inklusif dan berdampak luas.
Dua agenda penting ini menjadi sorotan utama dalam sesi pagi hari kedua BSI International Expo 2025. Semangat kolaborasi, keberdayaan ekonomi umat, dan komitmen Indonesia untuk menjadi pusat industri halal global tercermin kuat dari seluruh rangkaian kegiatan yang digelar secara profesional dan penuh antusiasme dari para peserta.