PEMENANG 1 LOMBA MENULIS ARTIKEL
Oleh Rana Setiawan, Jurnalis Kantor Berita MINA
Apa jadinya jika emas bukan sekadar perhiasan atau investasi jangka panjang, tetapi juga menjadi alat strategis dalam mewujudkan mimpi besar Indonesia menjadi pemimpin ekonomi syariah dunia? Pertanyaan ini tidak lagi bersifat retoris ketika PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), bank syariah terbesar di Tanah Air, secara progresif mengambil peran penting sebagai pionir bullion bank, bank emas pertama di Indonesia.
Dalam panggung BSI International Expo 2025 yang digelar 26–29 Juni di Jakarta Convention Center, dunia menyaksikan bukan hanya parade inovasi, melainkan bukti konkret bagaimana BSI mengakselerasi ekonomi halal Indonesia dengan semangat sinergi, inklusi, dan keberlanjutan.
Tema besar “Engaging Indonesia in the Global Halal Industry (Mengukuhkan Peran Indonesia di Kancah Industri Halal Global)” bukan sekadar jargon, tetapi cerminan tekad untuk menjadikan Indonesia tak hanya konsumen, tapi juga produsen utama ekosistem halal global.
Industri halal bukan sekadar soal label “halal” di kemasan produk. Ia merupakan suatu rantai nilai ekonomi yang utuh, terintegrasi dari hulu ke hilir, dan memiliki potensi besar untuk menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan global. Dalam konteks ini, BSI hadir bukan hanya sebagai lembaga pembiayaan, tetapi sebagai arsitek penggerak ekosistem halal yang menyeluruh, menguntungkan, dan sesuai syariah.
Rantai nilai halal dimulai dari hulu, yaitu aspek produksi dan penyediaan bahan baku yang memenuhi standar halal. Ini mencakup pertanian dan peternakan halal, proses penyembelihan sesuai syariat, hingga bahan tambahan makanan yang tidak mengandung unsur haram atau najis. Di sinilah peran pembiayaan syariah sangat penting untuk mendukung pelaku usaha kecil dan menengah dalam membangun lini produksi halal yang tersertifikasi.
Dari hulu, proses berlanjut ke tengah (midstream): pengolahan, manufaktur, distribusi, dan logistik. Di fase ini, produk makanan, minuman, kosmetik, hingga farmasi diolah, dikemas, dan disalurkan ke berbagai titik konsumsi. Proses ini pun harus dijalankan dengan prinsip halal-thayyib, tidak hanya halal dari sisi zat, tetapi juga bersih, aman, dan etis. Di sinilah BSI mengambil peran sebagai fasilitator pembiayaan pabrik, transportasi, dan gudang bersertifikasi halal.
Selanjutnya, hilir (downstream) dari ekosistem ini adalah konsumsi, layanan ritel, gaya hidup halal, wisata halal, hingga keuangan syariah itu sendiri. BSI mendukung aktivitas ini melalui berbagai produk seperti BSI Griya untuk pembiayaan rumah syariah, BSI OTO untuk kendaraan halal, serta BSI Bank Emas untuk investasi syariah berbasis logam mulia. Semua ini memperkuat hilirisasi ekosistem halal dengan pendekatan menyeluruh yang bersumber dari prinsip syariah.
Namun, potensi sesungguhnya dari ekosistem halal bukan hanya pada besar pasarnya, melainkan pada nilai tambah yang tercipta di sepanjang rantai tersebut. Saat semua lini -produksi, distribusi, hingga konsumsi- dikelola secara halal dan efisien, maka yang dihasilkan bukan hanya produk, tetapi kepercayaan, baik dari konsumen lokal maupun pasar global.
Lebih dari itu, ekosistem halal dapat menjadi instrumen ekonomi strategis bagi negara. Menurut data State of the Global Islamic Economy Report 2023, total belanja konsumen Muslim dunia di sektor makanan, farmasi, fashion, hingga keuangan halal mencapai lebih dari USD 2,3 triliun dan diproyeksikan terus meningkat. Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki posisi tawar tinggi sebagai pemimpin ekosistem ini jika mampu menyelaraskan regulasi, infrastruktur, dan pembiayaan syariahnya secara terkoordinasi.
Jalan Menuju Ketahanan dan Keadilan Ekonomi
Dalam laporan Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024 yang diterbitkan oleh DinarStandard, Indonesia berada di posisi ke-4 secara global dalam pengembangan ekonomi syariah, bersaing dengan Malaysia, Arab Saudi, dan UEA. Namun target Indonesia tidak berhenti di situ. Pemerintah menargetkan
menjadi negara nomor satu dalam peta ekonomi Islam dunia. Untuk mencapai ini, diperlukan kekuatan lintas sektor, yakni regulasi, infrastruktur, industri, dan tentu saja keuangan syariah.
Di sinilah BSI memainkan peran strategis. Melalui pendekatan holistik terhadap Islamic Ecosystem dan inovasi digital, BSI menunjukkan bahwa ekonomi syariah bukanlah segmen eksklusif, melainkan solusi inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam konteks global yang terus berubah, BSI menunjukkan bahwa ekonomi syariah bukanlah pilihan sempit, melainkan jawaban luas atas keresahan dunia akan sistem ekonomi yang eksploitatif dan tak berpihak pada kemanusiaan. Di tengah krisis keuangan global, ketimpangan sosial, dan ancaman krisis iklim, ekonomi syariah tampil sebagai solusi yang adil, transparan, dan berorientasi pada keseimbangan, antara profit, moral, dan keberlangsungan hidup.
BSI juga membangun fondasi pertumbuhan keuangan syariah berbasis ekosistem yang saling terintegrasi. Terdiri dari lima sektor utama: layanan haji dan umrah, pendidikan Islam, halal lifestyle, sociobisnis dan organisasi Islam, serta layanan kesehatan Islam.
Hingga Mei 2025, BSI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK), yang positif meski kondisi likuiditas saat ini masih menantang, dari Islamic Ecosystem sebesar Rp13 triliun, tumbuh 12,81% secara year-to-date. Ini bukan sekadar angka, tetapi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan syariah.
Sektor sociobisnis dan halal lifestyle menjadi tulang punggung pertumbuhan, masing-masing menyumbang Rp5 triliun dan Rp4 triliun. Yang lebih mencengangkan, BSI mengelola dana tabungan haji sebesar Rp14 triliun dari 5,8 juta rekening aktif. Ini membuktikan bahwa BSI bukan hanya bank, melainkan mitra spiritual dalam perjalanan religius masyarakat.
Bank Emas Dari Perhiasan ke Instrumen Strategis
Resmi diluncurkan sebagai Bank Emas pada 26 Februari 2025, BSI memperkenalkan paradigma baru dalam pengelolaan logam mulia. Dengan total emas kelolaan sebesar 18,34 ton per April 2025, termasuk 7,3 ton melalui gadai emas dan 10,2 ton cicil emas, BSI menghadirkan layanan emas syariah dengan nilai tambah: bisa dicicil, digadaikan, atau bahkan dijadikan agunan produktif.
Berdasarkan informasi didapatkan dari laman resminya, hingga pertengahan 2025, terdapat lebih dari 150 ribu nasabah aktif yang memiliki emas di BSI. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut merepresentasikan animo masyarakat yang terus tumbuh terhadap produk emas syariah BSI.
Semua transaksi emas di BSI menggunakan satuan gram untuk memudahkan masyarakat dalam merencanakan investasi mereka. Tidak hanya itu, selisih harga beli dan jual emas di BSI berkisar 5–9 persen, menjadikan produk ini tidak hanya kompetitif tetapi juga transparan.
Emas tak lagi disimpan di brankas pribadi, melainkan dikelola secara aman, produktif, dan sesuai prinsip syariah. Hal ini selaras dengan visi BSI mengubah mindset dari menyimpan emas sebagai aset pasif menjadi alat keuangan aktif yang mendukung kesejahteraan jangka panjang.
Melalui platform digital BYOND by BSI, masyarakat kini bisa membeli emas mulai dari 0,1 gram dengan transparansi harga dan selisih jual-beli yang kompetitif (5– 9%). Ini bukan sekadar efisiensi teknologi, melainkan demokratisasi akses terhadap investasi halal.
UMKM Denyut Nadi Ekonomi Syariah
Tidak dapat dimungkiri bahwa sektor UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM (2024), UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB nasional.
BSI mengambil langkah konkrit dengan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp49,3 triliun kepada lebih dari 380 ribu pelaku UMKM. Tidak hanya itu, BSI membina pelaku usaha melalui empat UMKM Center di Aceh, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
BSI telah memposisikan dirinya bukan sebagai pemain tunggal, tetapi sebagai bagian dari ekosistem besar yang menggerakkan Indonesia ke arah kemandirian ekonomi berbasis nilai.
Program Talenta Wirausaha BSI dan BSI Aceh Muslimpreneur menjadi inkubator wirausaha syariah yang kompeten dan siap ekspansi ke pasar global. BSI tidak sekadar membiayai, tetapi juga mendampingi dengan pelatihan, digitalisasi usaha, hingga koneksi pasar halal internasional.
Program-program tersebut adalah contoh konkret bagaimana lembaga keuangan bisa menjadi agen perubahan sosial, bukan hanya pemberi dana, tetapi mitra sejati dalam perjalanan naik kelas pelaku usaha kecil dan menengah.
Digitalisasi dan ESG Pilar Masa Depan Keuangan Syariah
BSI memahami bahwa pertumbuhan tidak bisa dilepaskan dari inovasi teknologi. Aplikasi super BYOND by BSI, layanan BEWIZE, QRIS, dan e-channel lainnya membentuk simpul konektivitas antara nasabah dan layanan syariah yang cepat, aman, dan modern. SEVP Digital Banking BSI, Saut Parulian Saragih menyatakan bahwa digitalisasi adalah kunci inklusi keuangan dan perluasan jangkauan layanan syariah di Indonesia.
Lebih jauh, komitmen BSI pada prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) menjadikan bank syariah ini tidak hanya berbicara keuntungan, tetapi juga keberlanjutan. Inilah keunggulan fundamental keuangan syariah: tidak mengejar laba semata, tetapi juga maslahat sosial.
Etalase Masa Depan Ekonomi Halal
Puncak dari semua upaya ini terwujud dalam penyelenggaraan BSI International Expo 2025. Acara ini menghadirkan lebih dari 20 negara, mempertemukan
pelaku bisnis halal global, investor, pengusaha, dan UMKM dalam business matching, seminar strategis, dan hiburan Islami. Expo ini menjadi ajang diplomasi ekonomi syariah, memperkenalkan rantai nilai halal dari hulu ke hilir, mulai dari layanan haji hingga bullion bank.
BSI memproyeksikan transaksi emas selama expo melampaui Rp15 miliar, disokong promo menarik seperti pembelian emas mulai 1 gram yang disertai hadiah langsung. Bahkan layanan cuci emas gratis pun disediakan, sebuah inovasi pendekatan yang menggabungkan edukasi, promosi, dan pelayanan sekaligus.
BSI tidak hanya menyajikan layanan keuangan syariah konvensional, tetapi membangun rantai nilai layanan yang lengkap dari hulu ke hilir, yang mencerminkan integrasi menyeluruh antara prinsip syariah dan kebutuhan masyarakat modern. Ekosistem ini mencakup berbagai segmen penting kehidupan umat, mulai dari:
· Layanan Haji dan Umrah, yang didesain tidak hanya aman secara finansial, tetapi juga memberi kepastian dan kemudahan dalam merencanakan ibadah secara profesional dan spiritual.
· Halal Lifestyle, termasuk transaksi halal untuk kebutuhan harian, pembiayaan makanan-minuman, fesyen, dan pariwisata ramah Muslim.
· Islamic Education, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, yang menjadi fokus pengembangan literasi dan inklusi keuangan syariah di kalangan generasi muda.
· Bank Emas (Bullion Bank), sebagai instrumen investasi, perlindungan nilai, hingga pembiayaan berbasis logam mulia yang dikelola secara syariah dan aman.
· BSI Griya (pembiayaan kepemilikan rumah) dan BSI OTO (pembiayaan kendaraan) yang menggunakan prinsip syariah untuk membantu masyarakat memiliki aset produktif tanpa riba dan transparan.
Semua layanan ini terintegrasi dalam ekosistem digital syariah berbasis teknologi modern, melalui sejumlah superapps dan platform inovatif BSI, yaitu:
· BYOND by BSI, aplikasi digital multifungsi yang menghadirkan layanan transaksi, pembiayaan, tabungan, hingga investasi emas dan layanan haji dalam satu genggaman.
· BEWIZE by BSI, platform keuangan yang mengusung literasi finansial dan gaya hidup halal untuk segmen generasi muda, dengan antarmuka yang modern dan edukatif.
· BSI Bank Emas, aplikasi khusus untuk transaksi emas syariah, mencakup beli, cicil, gadai, serta penukaran fisik emas dengan mudah dan transparan.
Tidak hanya itu, seluruh ekosistem ini dikembangkan dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan, selaras dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Ini terlihat dalam investasi yang ramah lingkungan dan mendukung ekonomi hijau. Selain itu, dukungan sosial seperti pembiayaan UMKM halal, inklusi layanan untuk penyandang disabilitas, serta inkubasi wirausaha. Kemudian tata kelola perusahaan yang bersih, transparan, dan mengedepankan nilai-nilai etika Islam.
Semua layanan dan inovasi unggulan ini dihadirkan secara khusus dan menyeluruh di panggung BSI International Expo 2025, dalam bentuk experience zone interaktif, demonstrasi produk, simulasi transaksi digital, hingga konsultasi langsung dengan tenaga ahli. Dengan demikian, pengunjung tidak hanya mendapatkan informasi, tetapi juga merasakan langsung pengalaman user- friendly dan menyentuh secara spiritual, sebuah model Islamic banking experience yang revolusioner dan manusiawi.
Menuju Peringkat 1 Dunia
Langkah BSI bukanlah langkah sendiri. Ia menjadi bagian penting dari misi nasional menuju Indonesia sebagai Global Halal Hub. Dengan basis penduduk Muslim terbesar di dunia dan dukungan pemerintah terhadap industri halal (seperti ditandai dengan peningkatan SNLIK OJK 2025 menjadi 43,42%), semua fondasi telah tersedia.
Namun, untuk naik ke peringkat 1 SGIE, dibutuhkan lebih dari sekadar semangat. Dibutuhkan kolaborasi multisektor: regulasi fiskal yang mendukung, digitalisasi UMKM, riset dan pengembangan halal, dan tentu saja dukungan masyarakat sebagai pengguna utama layanan syariah.
Upaya mengakselerasi pengembangan Islamic ecosystem dan layanan bullion bank di Tanah Air bukan hanya menjadi langkah strategis BSI sebagai entitas bisnis, tetapi juga merupakan bagian integral dari misi nasional dalam memperkuat daya saing ekonomi syariah Indonesia di kancah global. Dalam hal ini, BSI International Expo 2025 berfungsi sebagai panggung kolaboratif sekaligus etalase kemajuan nyata yang dicapai oleh industri halal nasional.
Tentunya, dengan dukungan penuh dari lembaga keuangan syariah seperti BSI, penguatan kebijakan nasional, serta partisipasi aktif masyarakat, target ini semakin dekat menjadi kenyataan. Expo ini menjadi bukti bahwa Indonesia tak hanya memiliki potensi demografis sebagai negara Muslim terbesar, tetapi juga memiliki kesiapan infrastruktur, digitalisasi layanan, dan model bisnis syariah yang bisa menjadi panutan dunia.
Lebih jauh, penyelenggaraan BSI International Expo 2025 merupakan langkah konkret dan kontribusi aktif BSI untuk memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi Islam global. Sekali lagi, expo ini mempertemukan aktor-aktor kunci dari lebih dari 20 negara, memperkuat konektivitas lintas batas antar pelaku industri halal, dan membuka peluang deal bisnis internasional berbasis prinsip syariah.
Dengan demikian, BSI International Expo 2025 tidak sekadar menjadi perayaan inovasi, melainkan penanda sejarah kebangkitan ekonomi syariah Indonesia, sebuah gerakan besar yang mengusung keberkahan, keberlanjutan, dan kedaulatan ekonomi umat.
Saatnya Kita Bergerak Bersama
BSI telah membuka jalan. Bank Syariah Indonesia tidak hanya menjual produk, tetapi menawarkan cita-cita: tentang sistem ekonomi yang adil, etis, dan berkelanjutan. Merajut impian emas bersama BSI berarti ikut membangun
ekonomi umat yang kuat dari bawah, berbasis nilai-nilai luhur, dan siap bersaing di panggung global.
Kini saatnya masyarakat, pelaku usaha, regulator, dan seluruh pemangku kepentingan melangkah bersama. Menggunakan layanan keuangan syariah bukan semata pilihan spiritual maupun ekspresi iman, tapi juga strategi dan pilihan rasional dalam merancang masa depan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Masyarakat bisa mulai dari langkah kecil dengan membuka rekening syariah, mencicil emas secara halal, mendukung UMKM berbasis syariah, atau sekadar belajar dan memahami sistem keuangan Islam, karena langkah kecil hari ini bisa menjadi jejak emas bagi Indonesia yang memimpin dunia. Sementara Pemerintah bisa melanjutkan dengan memperkuat kebijakan fiskal yang mendukung ekonomi halal. Dunia usaha bisa menyambut dengan inovasi produk halal dan inklusi digital. Dan media, seperti artikel ini, memiliki peran penting dalam menyebarkan narasi perubahan dan membangun kesadaran publik.
Inilah waktunya. Saatnya kita menjadikan emas bukan sekadar simbol kekayaan, tetapi instrumen perubahan. Saatnya menjadikan ekonomi syariah bukan hanya alternatif, tetapi arus utama. Dan saatnya menjadikan Indonesia tak lagi sekadar pasar halal dunia, tetapi pemimpin yang disegani dan diteladani.
Mari bersama merajut impian emas. Bukan hanya untuk BSI. Bukan hanya untuk umat. Tetapi untuk masa depan Indonesia yang adil, mandiri, dan bermartabat, di mata dunia dan di hadapan Tuhan.